Workshop SAGUSAPTEK

Suasana pembukaan Workshop SAGUSAPTEK yang diselenggarakan IGI Daerah Kabupaten Buol Oleh Wakil Bupati Kab. Buol.

SAGUSABLOG Lanjutan 31

Workshop online SAGUSABLOG Lanjutan angkatan 31.

Mathematics In Context

Buku referensi.

Minggu, 13 Februari 2022

Menyambut Baik Kehadiran Guru Penggerak

Kita sudah sama tahu bahwa, seorang guru tak hanya dituntut untuk memiliki penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas dan mendalam, termasuk di dalamnya penguasaan terhadap materi kurikulum mata pelajaran, substansi ilmu yang menaungi materi pembelajaran, struktur serta metodologi keilmuannya. Suatu kemampuan yang dikenal dengan kompetensi profesional.

Akan tetapi, seorang guru juga dituntut untuk  memiliki 3 komptensi lainnya yang sudah ditetapkan, yaitu: Kompetensi kepribadian, sosial dan pedagogi

Kompetensi kepribadian sendiri sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 

2005 pasal 10 ayat (1) mengacu pada kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik.

Sedangkan kompetensi sosial merupakan kompetensi yang mengacu pada kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d)

Kompetensi pedagogik sendiri merujuk pada kemampuan seorang guru dalam memahami peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik, dan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang mereka miliki.

Gambaran atas kompetensi minimal yang harus dimilki seorang guru di atas, menunjukkan betapa tidak mudahnya menjadi seorang guru. Jika semua tuntutan akan kompetensi tersebut dapat terinternalisasi pada seorang guru, mestinya ia bisa menjadi sosok yang memiliki kemampuan adaptif yang baik juga semangat untuk terus belajar. Apalagi, guru bekerja dalam wilayah yang sangat dinamis. Masalah yang dihadapi pun tak monoton. Terus berubah mengikuti gerak roda zaman.

Meski demikian, disadari bahwa hampir semua gerakan perubahan membutuhkan figur sebagai "role model." Karena itulah, kerap kali kita mendengar kehadiran tokoh-tokoh penggerak dalam setiap gerakan perubahan. Bahkan Tuhan pun perlu mengirim Nabi/Rasul/Imam/Rahib secara berkala. Mungkin karena itulah, program guru penggerak lahir. Harus ada orang-orang yang senantiasa hadir untuk merawat semangat dan menggerakkan perubahan.

Lantas, apa itu guru penggerak? 

Sebagaimana dikemukakan Moch. Fatkoer Rohman (Presiden Matematika Nusantara), Seseorang disebut sebagai guru penggerak bila sudah mengikuti pendidikan guru penggerak selama 9 bulan dan mendapatkan sertifikat kelulusan. 

Fatkoer juga mengemukakan bahwa, terdapat 5 kompentesi yang harus dikuasai Guru Penggerak selain 4 kompetensi yang harus melekat pada guru. Adapun kompetensi dimaksud yaitu mampu:

1. Menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya

2. Menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah

3. Mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah

4. Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antar guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

5. Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.

Jika melihat kompetensi yang dimiliki Guru Penggerak sebagaimana di sebutkan di atas dan menimbang 4 kompetensi guru "biasa" (meminjam istilahnya Fatur) guru penggerak mestinya bisa dikatakan tak memiliki tantangan berarti. Hal ini akan terjadi sepanjang guru "biasa" itu benar-benar memiliki 4 kompetensi guru yang telah ditetapkan sehingga adaptif terhadap perubahan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Namun demikian, perlu dipahami bahwa, manusia tak terkecuali guru profesional sekalipun, kerap kali cenderung menjadi tawanan situasinya. Cenderung terjebak pada kemapanan dan enggan keluar dari zona nyaman.

Semoga, kehadiran guru penggerak benar-benar mampu mendorong ekosistem baru, yang dapat menggerakkan dan menularkan semangat positif bagi warga sekolah. Pun demikian, guru "biasa" tidak menutup diri dan cenderung menjadi tetap biasa-biasa saja. Akan tetapi, ikut tergerak dan bergerak bersama para Guru Penggerak yang pada akhirnya juga ikut menggerakkan.

Mari kita sambut baik kehadiran para Guru Penggerak, membuka diri akan ide-ide perubahan yang mereka bawa, agar kecipratan semangat dan pengetahuan yang telah mereka peroleh pada saat mereka ditempa selama 9 bulan. Bagaimanapun, mereka membutuhkan dukungan.